Minggu, 05 Mei 2024

Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini dalam Agama Kristen


 

 
1. Peran Keluarga Kristen Terhadap Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini
 
 Peran penting keluarga kristen dalm membentuk karakter anak sejak usia dini terletak pada pengenalan dan penerapan nilai-nilai kristen dalam kehidupan sehari-hari. Ini mendakup memberikan pendidikan moral dan spiritual melalui cerita-cerita Alkitab, doa bersama, serta melibatkan anak dalam kegiatan gereja. Orang tua sebagai contoh teladan juga memainkan peran kunci dalam membentuk karakter anak, semantara memberi kesempatan kepada anak, sementara memberi kesempatan kepada mereka untuk berbuat baik dan melayani sesama akam memperkuat nilai-nilai kristen yang mereka pelajari. Dengan demikian, keluarga Kristen dapat membantu anakanak mereka tumbuh sebagai pribadi yang mencerminkan prinsip-prinsip iman kristen sejak usia dini.

 Ada beberapa cara dimana keluarga Kristen dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak sejak usia dini :

  1. Pendidikan Nilai-Nilai Kristen : Keluarga Kristen dapat mengenalkan anak-anak kepada ajaran-ajaran Alkitab dan nilai-nilai Kristen seperti kasih, kesabaran, kejujuran, dan pengampunan. Ini bisa dilakukan melalui cerita-cerita Alkitab, doa bersama, dan diskusi-diskusi tentang bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Doa Bersama : Keluarga Kristen dapat mebiasakan anak-anak untuk berdoa bersama sebagai sebuah keluarga. Doa membantu anak-anak untuk mengembangkan hubungan pribadi degan Tuhan dan memahami pentingnya bergantung kepada-Nya dalam segala hal.
  3. Pelayanan dan keterlibatan dalam Gereja : Mengajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan gereja seperti ibadah, sekolah minggu, dan pelayanan gereja dapat membantu mereka merasa terhubung dengan komunitas Kristen yang lebih luas. Ini juga membantu memperkuat identitas mereka sebagai sebagai bagian dari keluarga iman.
  4. Contoh Teladan : Orang tua kristen dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka dengan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip iman kristen dalam kehidupan sehari-hari. Sikap, perilaku, dan tanggung jawab yang ditunjukkan oleh orang tua akan memberikan contoh yang kuat bagi anak-anak dalam pembentukan karakter mereka.
  5. Pendidikan Moral : Mengajarkan anak-anak untuk memahami perbedaan antara benar dan salah, serta memberi mereka alat untuk membuat keputusan ang baik dan bertanggung jawab, adalah bagian penting dari pembentukan karakter Krsiten. Ini dapat dilakukan melalui pembicaraan terbuka tentang moralitas dan melalui penekanan pada pentingnya mengikuti ajaran Yesus Kristus.
  6. Kesempatan Untuk Berbuat Baik: Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk terlibat dlam perbuatan baik dan pelayanan kepada orang lain membantu mereka mempraktikan nilai-nilai Kristen yang mereka pelajari. Ini bisa melalui partisipasi dalam kegiatan amal, bantuan kepada sesama, atau mendukung proyek-proyek misi gereja.
Membentuk karakter positif pada anak harus di mulai sejak dini, sebab pendidikan karakter membutuhkan keteladanan dari perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dibangun secara instan.

Usia dini merupakan masas persiapan untuk sekolah yang sesungguhnya sehingga pembentukan karakter yang baik di usia dini merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Pembentukan karakter sejak usia dini sangat penting agar anak memiliki mental yang tangguh saat menghadapi tantangan, perubahan, dan situasi tertentu pada masa datang.

Pembentukan karakter pada dasarnya merupakan hasil pemahaman dari hubungan yang dialami setiap manusia, yaitu hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Tuhan. pemahaman negatif akan berimbas pada perilaku yang negatif dan pemahaman yang positif akan berimbas pada perilaku yang positif. 

Keberhasilan dari membangun karakter anak dalam pendidikan anak usia dini dapat diketahui dari perilaku sehari-hari yang tampak yakni kesabaran, kejujuran, kemandirian, kepedulian, mematuhi peraturan, dan menghargai sesama. 

Pendidikan karakter anak merupakan tugas orang tua dan juga gereja, dalam keluarga kristen pastinya tugas mendidik dan mengembangkan karakter anak dalam tanggung jawab dari orang tua. Sejak dini anak akan mulai dibentuk melalui wadah sekolah minggu didalam gereja, yang akan membimbing anak menurut kelompok usia masing-masing. 

 Peran keluarga juga sangat dominan dalam mendukung dan membangun karakter anak. Hubungan positif yang dibangun sejak dini dalam keluarga memberikan kontribusi pada kemampuan anak dalam menjalin hubungan denga orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran keluarga Kristen dalam mengembangkan karakter anak usia dini.

 Peran Pendidik dalam Membentuk Karakter Anak Sejak Usia Dini dalam Agama Kristen 

  1. Pembinaan Hubungan dengan Tuhan : Pendidik Kristen dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan hubungan pribadi dengan Tuhan melalui doa, renungan, dan pengajaran yang memperkuat iman mereka. Ini dapat membantu anak-anak memahami pentingnya iman dalam kehidupan mereka sehari-hari. 
  2. Mentoring dan Pembinaan Spiritual : Melalui interaski yang intim dengan anak-anak, pendidik Kristen dapat menjadi mentor spiritual bagi mereka. Mereka dapat memberikan bimbingan dan dukungan dalam pertumbuhan rohani anak-anak, membantu mereka mengatasi tantangan, dan memperkuat iman mereka.
  3. Kolaborasi dengan Orang Tua : Pendidik Kristen dapat bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan bahwa nilai-nilai Kristen yang diajarkan di sekolah diperkuat di rumah. Komunikasi terbuka antara pendidik dan orang tua memungkinkan mereka untuk saling mendukung dalam pembentukan karakter anak-anak.
  4. Membangun Komunitas Kristiani : Pendidik Kristen dapat membantu membangun komunitas Kristiani di sekolah, dimana anak-anak merasa didukung dan terhubung dengan sesama yang memiliki keyakinan yang sama. Ini dapat dilakukan melalui kegiatan rohani seperti ibadah sekolah, kelompok doa, atau proyek pelayanan. 
Dengan memegang peran ini, pendidik kristen dapat agen penting dalam membentuk karakter anak-anak sejak usia dini dalam konteks agama kristen, membantu mereka tumbuh sebagai individu yang kokoh dalam iman dan moralitas mereka.

Pembentukan karakter anak sejak usia dini dalam agama Kristen merupakan proses yang sangat penting karena memberikan dasar yang kuat bagi perkembangan spiritual dan moral anak-anak. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam konteks agama Kristen. 

  1. Pendidikan Rohani : Mulailah dengan memberikan pendidikan rohani yang kokoh kepada anak-anak. ini bisa dilakukan melalui cerita-cerita Alkitab yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka, mengajar mereka doa, memperkenalkan mereka pada konsep-konsep dasar iman Kristen seperti kasih Allah, dan menjelaskan pentingnya mempraktikkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Partisipasi dalam kegiatan gereja : Mengajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan gereja seperti ibadah, sekolah minggu, kelompok doa anak-anak, dan pelayanan gereja dapat membantu mereka memperkuat iman mereka dan merasakan bagian dalam komunitas iman yang lebih besar. 
  3. Pendidikan Moral : Ajarkan anak-anak untuk memahami perbedaan antara benar dan salah berdasarkan ajaran Alkitab. Diskusikan nilai-nilai seperti kasih, kejujuran, kesabaran, kerendahan hati, dan pengampunan, serta berikan contoh konkret tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 
  4. Pelayanan dan Misi : Libatkan anak-anak dalam kegiatan pelayanan dan misi gereja yang sesuai dengan usia mereka. Hal ini membantu mereka memahami pentingnya melayani orang lain dan memberikan mereka pengalaman nyata dalam mengamalkan ajaran kristiani tentang kasih dan pelayanan. 
Dengan menggabungkan pengajaran rohani, teladan, partisipasi gerejawi, pendidikan moral, doa, dan pelayanan, anak-anak dapat dibimbing untuk bertumbuh dan berkembang sebagai individu yang kuat dalam iman dan karakter Kristiani sejak usia dini.

Referensi:
https://www.researchgate.net/publication/369724167_Pembentukan_Karakter_pada_Anak_Usia_Dini_Kajian_Kitab_Ulangan_67



Jumat, 03 Mei 2024

Pembentukan Fondasi Kognitif dan Sosial Pada Anak Usia Dini


 Pembentukan Fondasi Kognitif dan Sosial pada Anak Usia Dini 


Kemampuan fondasi adalah kemampuan dasar atau inti yang penting dimiliki anak usia dini yang akan menajdi modal agar mereka siap memasuki tahapan pendidikan dasar. Perkembangan anak usia dini merujuk pada kemampuan yang dimiliki sikecil untuk memamhami sesuatu.  Perkembangan sosial pada anak usia dini merupakan sebagai bentuk kematangan anak dalam berinteraksi dengan orang-orang yang dilakukannya. 

Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. perkembangan kognitif mencakup peningkatan kemampuan memahami memori. perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. 

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini

 Adapun faktor lingkungan dibagi menjadi dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan inteleg anak, yaitu keluarga dan sekolah.
 
 a. keluarga 

Lingkungan terkecil adalah keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan pertama karena sejak anak ada dalam kandungan dan lahir berada dalam keluarga. Dikatakan utama karena keluarga merupakan yang sangat penting dalam pendidikan untuk membentuk pribadi yang utuh. Semua aspek kepribadian dapat dibentuk di lingkungan ini. 

Pendidik yang bertanggung jawab adalah orang tua. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan, untuk menjadi terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi lembaga-lembaga lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya. Jadi, segala perilaku orang tua dan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga pasti berpengaruh dalam pembentukan intelegtual seorang anak. 

Perilaku ini menyangkut bagaimana kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi orang tua terutama ibu, serta penanaman nilai-nilai dapat mempengaruhi kepribadian anak. Kedua orang tua harus terlibat karena keterlibatan ayah dalam pengasuhan dimasa kecil sampai usia remaja juga menentukan pembentukan intelegtual anak. 

 b. Sekolah 

Sebagaimana lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah juga memainkan peranan penting setelah keluarga bagi perkembangan kognitif anak. sebab, sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berfikir anak. Dalam hal ini guru hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelegtual anak terletak ditangannya, beberapa cara antara lain: 1) menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik, denganhubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman, sehingga segala masalah yang dialami secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka, 2) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menungjang perkembangan intelegtual para peserta didik, 3) menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik. Sebab peserta didik terganggu secara fisik perkembangan intelegtualnya akan terganggu juga, 4) meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media-media cetak maupun menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mngemukakan ide-idenya, sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelegtual peserta didik. 

Pembentukan fondasi kognitif dan sosial pada anak usia dini merupakan tahapan penting dalam perkembangan anak yang memengaruhi keseluruhan kehidupannya. Adapun beberapa prinsip penting yang dapat membantu dalam pembentukan fondasi tersebut. 

  1. interaksi positif : Anak-anak belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya, interaksi positif yang penuh kasih sayang dan penuh perhatian membanrtu membangun kepercayaan diri dan hubungan sosial yang sehat.
  2. Pengasuhan yang responsif : respon yang cepat dan sensitif terhadap kebutuhan anak membantu mereka merasa aman dan dicintai. Ini membentuk dasar yang kokoh untuk pembelajaran dan eksplorasi lebih lanjut.
  3. Stimulasi lingkungan : Lingkungan yang kaya akan kesempatan untuk belajar dan bereksplorasi membantu perkembangan kognitif anak. Kegiatan kreatif lainnya dapat merangsang perkembangan otak dan keterampilan motorik
  4. Model perilaku positif : Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa disekitar mereka. Oleh karena itu, menjadi model perilaku yang positif, termasuk cara berinteraksi sosial, menyelesaikan konflik, dan mengekspresikan emosi dengan sehat, sangat penting.
  5. Pendidikan awal yang berkualitas : Pendidikan anak usia dini yang berkualitas memiliki peran penting dalam membantu anak membangun fondasi kognitif  dan sosial yang kuat. Program yang dirancang dengan baik akan menawarkan pengalaman belajar yang beragam, memperhatikan kebutuhan indivdual anak, dan mengutamakan pengembangan keterampilan sosial dan emosional.
  6. Keterlibatan orang tua : peran orang tua dalam membantu membentuk fondasi kognitif dan sosial anak tidak dapat diabaikan. Orang tua yang terlibat aktif dalam kehidupan anak mereka, memberikan dukungan emosional, dan terlibat dalam kegiatan belajar anak, membantu memperkuat pembelajaran dan perkembangan anak.
  7. Pemantauan dan koreksi yang positif : penting untuk meberikan umpan balik yang konstuksi kepada anak saat mereka belajar tentang perilaku sosial yang tepat, ini membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memperbaiki perilaku yang tidak diinginkan dengan cara yang positif. 

Peran PAUD dalam Membangun Fondasi Kognitif Anak

Perkembangan kognitif melibatkan kemampuan anak untuk mengamati, berpikir, dan memecahkan masalah. PAUD berperan dalam membantu anak mengembangkan kemampuan ini melalui berbagai belajar yang menantang dan merangsang.

Salah satu tujuan PAUD adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan berpikir logis, kreatif, dan analitis. Melalui bermain, menyanyi, dan menjelajahi lingkungan sekitar, anak-anak dapat belajar mengamati dan memahami hubungan sebab-akibat, mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dasar. 

PAUD juga memberikan pengalaman belajar yang bervariasi, seperti memecahkan teka-teki, menggambar, atau membangun dengan permainan kemampuan berpikir kristis, dan kreativitas mereka. Semua ini membantu membangun fondasi kognitif yang kuat untuk membantu anak-anak sebelum mereka memasuki pendidikan formal.

Peran PAUD dalam Membangun Fondasi Emosional Anak

Penting bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan emosional sejak dini. Paud dapat membantu anak-anak memahami dan mengelola emosi mereka melalui berbagai kegiatan yang dirancang khusus.

PAUD menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung dimana anak-anak dapat bereksperimen dengan perasaan mereka dan belajar cara mengomunikasikannya dengan baik. Anak-anak diajarkan untuk mengenali emosi mereka sendiri dan emosi orang lain, serta cara mengatur emosi mereka dalam berbagai situasi.

melalui permainan peran, cerita, dan aktivitas seni, anak-anak dapat belajar mengenali perasaan seperti senang, sedih, marah, takut, dan cemas. Paud juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial, seperti berbagai, bekerja sama, dan menghormati perbedaan.

Peran PAUD dalam Membangun Fondasi Sosial Anak

Interaksi sosial adalah bagian penting dari perkembangan anak. PAUD memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk terlibat dalam interaski sosial dengan teman sebaya dan pendidik. Melalui bermain bersama, bekerja dalam kelompok, dan berkomunikasi dengan orang lain, anak-anak dapat belajar keterampilan sosial penting seperti mendengarkan, berbicara dengan sopan, dan bekerja secara tim. Mereka juga belajar tentang norma sosial, aturan main, dan cara bergaul yang baik.

Selain itu, PAUD juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan rasa saling menghormati, toleransi, dan kerjasama. Mereka belajar bagaimana menjadi anggota kelompok yang baik dan berkonturksi untuk menciptakan lingkungan yang positif dan inklusif. 

Peran PAUD dalam membangun fondasi kognitif, emosional, dan sosial anak sangat penting dalam memastikan bahwa anak-anak mendaptkan dasar yang kuat untuk perkembangan mereka. Melalui berbagai kegiatan belajar yang menantang dan merangsang  potensi mereka secara holistik.

PAUD juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosail yang penting, seperti berbagi, berkomunikasi denga baik, dan bekerja dan kelompok. Ini membantu anak-anak untuk lebih siap dalam menghadapi pendidikan formal dan menghadap berbagai situasi dalam kehidupan mereka. 


Referensi
https://manunggaljaya-tenggarongseberang.desa.id/peran-paud-dalam-membangun-fondasi-kognitif-emosional-dan-sosial-anak/
https://caruy.desa.id/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini-membangun-pondasi-berkualitas

Minggu, 28 April 2024

Membangkitkan Potensi Anak Usia Dini

 Membangkitkan Potensi Anak Usia Dini 



Membangkitkan potensi anak usia dini berarti mengidentifikasi dan merangsang kemampuan, bakat, minat, dan keunikan masing-masing anak pada tahap perkembangan mereka. Ini melibatkan upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan pengembangan holistik  anak dalam berbagai aspek, termasuk fisik, kognitif, sosial, dan emosional. 

Adapun beberapa cara untuk membantu membangkitkan potensi anak usia dini yaitu: 

  1. Mengamati dan mendengarkan : orang tua harus memperhatikan minat dan kecenderungan anak, dengarkan apa yang mereka katakan dan amati bagaimana mereka berinteraski dengan lingkungan sekitar. 
  2. Memberikan pengalaman : orang tua atau guru harus memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai aktivitas dan pengalaman. Ini bisa meliputi bermain, berkreasi, eksplorasi alam, dan berinteraksi dengan berbagai kenis orang dan lingkungan.
  3. Memberikan dukungan : kita sebagai guru dan orang tua harus memberikan dukungan yang positif dan penuh kasih untuk membantu anak merasa percaya diri dalam menjelajahi minat dan bakat mereka. Berikan dorongan dan pujian yang membangun untuk setiap usaha dan prestasi mereka. 
  4. Menyediakan lingkungan yang merangsang : kita harus menciptakan lingkungan dirumah atau disekolah yang menyediakan banyak kesempatan untuk belajar dan bereksperimen. Sediakan berbagai 

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai pada usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak menjadi memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak usia dini adalah merupakan individu yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas. Kekhasan dunia anak mengakibatkan perlunya strategi untuk anak yang khas juga. Ada anak yang cepat dalam perkembangannya, namun ada juga anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangannya. Kondisi tersebut menuntut pamong atau pendidik anak usia dini untuk bertindak secara bijak, sesuai dengan kondisi, kemampuan dan kepribadian anak. 

  1. Orientasi Pembelajaran anak usia dini 
Pada anak usia dini anak menyimpan raa ingin tahu yang tinggi. Untuk itu perlu perhatian yang tidak hanya mengejar prestasi saja, namun orientasi belajar yang mengembangkan sikap dan minat belajar serta merangsang berbagai potensi dan kemampuan dasar anak. Orientasi pencapaian prestasi akademik boleh dilakukan, asal dengan tidak dengan unsur paksaan.

Orientasi belajar lebih baik mengarah pada pengembangan sikap mental yang positif, sehingga anak akan mampu mengembangkan rasa ingin tahu yang tinggi, semangat belajar menyala-nyala, gemar membaca, mampu mengembangkan kreativitas diri dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus mengembangkan dir dari pada hanya mnegejar skor semata.

        2. Metode Pembelajaran anak usia dini

Strategi pembelajaran yang diterapkan untuk anak usia dini perlu disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki anak. Penggunaan metode pembeljaran yang tepat dan sesuai dengan karakter anak akan memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku positif anak. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah bermain sambil belajar. Belajar melalui bermain merupakan pendekatan yang mudah diikuti anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya. 

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan penegrtian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak. Bermain adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak. Bermain dilakukan anak dengan suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari luar. 

        3. Peran Pendidik 

Pendidik memiliki peran yang sangat srategis dalam membantu mengembangkan potensi anak. Ada beberaoa peran yang perlu dilakukan oleh pendidik dalam menanamkan nilai pada anak antara alain: a) mengembangkan keteladanan, b) kesabaran, c) kesiapan, d) kasih sayang e) kecakapan, f) memilih/menunjukkan respon positif, g) memahami kemampuan anak, h) belajar berdasar pengalaman, i) menumbuhkan sikap kompetisi dan j) membaisakan yang baik. 

Secara operasional langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan anak sebagai berikut: 

Keteladanan, keteladanan yang baik memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pengembangan potensi anak. Anak akan berusaha meniru atau mengikuti pengalaman, pengetahuan dan kebiasaan sikap dan perilku pendidiknya. Pada saat anak mulai tumbuh dan berkembang, mereka selalu berusaha merekam peristiwa, sikap, pembicaraan, perilaku yang dilihat, didengar dan dirasakan. Pendidik yang menggeluti dalam pendidikan anak usia dini, hendaknya mampu menunjukkan keteladanan pada anak didiknya, baik menyangkut kemampuan membaca, spoan santun, berbicara, etika berpakaian, pengetahuan, hafalan, maupun kepribadiannya.

Kesabaran, kesabaran merupakan wujud keistimewaan seorang pendidik dalam mengelola anak-anak bersikap dan berpola pikir positif pada anak salah satu wujud kesabaran seorang pendidik. keanekaragaman kondisi fisik, sosial ekonomi dan kepribadian anak sering menimbulkan berbagai sikap dan perilaku yang ditunjukan oleh anak. Sikap dan perilaku anak terkadang menyimpang dari norma atau selera pendidik. Kondisi tersebut sering menimbulkan "kejengkelan" atau perasaan tidak suka pada anak. Menerima kondisi demikian, pendidik dituntut memiliki kesabaran.

Kesiapan, dalam menghadapi keanekaragaman anak, serang pendidik mau tidak mau harus selalu siap mengahdapi reaksi anak mengenai berbagai hal yang sedang di alami, dilihat, didengar, dan dibaca. Pendidik hendaknya tidak merasa terganggu, gagap dan terkjut oleh sikap dan perilku anak yang memiliki sikp kreatif dan kritis. Agar selalu merasa siap, seorang pendidik hendaknya memiliki kemampuan metode didaktik dan menguasai materi yang dipelajari.

Kasih sayang, kasih sayang merupakan modal dasar dalam proses pembelajaran. Kasih sayang merupakan wujud ikatan yang didasari dengan perasaan saling menyayangi antara dua insan yang saling berinteraksi. Pembelajaran yang dilandasi rasa kasih sayang akan melekatkan materi dan sistem nilai dalam diri anak secara mendalam. belaian kasih sayang dan sikap lemah lembut pendidik akan menumbuhkan kesadaran dan motivasi anak untukterus belajar. 

Kecakapan, kecakapan adalah kecakapan yang dimiliki seorang untuk berani mengahadapi problema dan kreatif mencari tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari sera menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Kecakapan dalam hal ini, kemampuan pendidik dalam mengelola anak didik melalui berbagai metode yang sesuai dan memilih materi yang sesuai dengan kemampuan /karakteristik anak, misalnya: 1) untuk melatih ingatan anak dalam membaca atau menghafal dilakukan dari hal-hal yang paling mudah bagi anak, dan dilakukan secara berulang dengan melibatkan indera yang dimiliki anak secara optimal, 2) membantu mengembangkan sikap kreatif kritis dilakukan dengan merangsang anak untuk bertanya mengenai apa, mengapa, bagaimana, oleh siapa, untuk apa, kapan yang bersifat analitis terhadap suatu obyek/bacaan, benda, atau peristiwa. lebih dari itu pendidik memiliki sikap terampil dan cekatan dalam mengahadapi kondisi anak.

memilih waktu yang tepat, kepekaan pendidik dalam memilih waktu yang tepat dalam memberikan bimbingan atau nasehat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anak memiliki peran yang sangat penting bagi anak. Materi yang diberikan akan diterima dengan senang hati dan penuh kesadaran, sehingga anak mudah mengingat dan menerimanya. Misalnya: diawal dan diakhir pelajaran, anak-anak diajak mengulang pelajaran materi sebelumnya yang bersifat ingatan/hafalan.

Sesuaikan dengan kemampuan akal anak. Sebelum program pembelajaran dilakukan, biasanya dilakukan berbagai macam persiapan dengan menyusun perencanaan pembelajaran. Dalam menyusun perencanaan tersebut,  pendidik hendaknya memperhatikan kemampuan seimbang dikumpulkan jadi satu kelompok yang beranggotakan maksimal 6 anak. Berkumpulnya anak dalam kemampuan yang seimbang akan memudahkan mereka berkomunikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi. 

Belajar berdasar pengalaman, bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber eblajar yang demikian kaya, dan pada saat  yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru.


     

Rabu, 27 Maret 2024

Konsep Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini

 Konsep Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini



      A. Penegrtian Kreativitas 

   Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam penelitian psikologi mas kini dan sering digunakan dengan bebas di kalangan orang awam.  Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang tersebut akan memengaruhi arti kreativitas. Arti kreativitas dimaknai sebagai kemampuan seseorang atau individu dalam menciptakan atau menghasilkan kreasi baru, menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu sesuatu agar lebih mudah, efisien, dan efektif. Kreativitas juga bisa dimaknai sebagai upaya mengembangkan cara lama atau penemuan lama yang sudah dianggap lama atau ketinggalan zaman dan tidak efektif lagi.

 Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif yang dapat dikembangkan sejak usia dini. Bakat kreatif yang tidak dikembangkan sejak dini maka bakat tersebut tidak dikembangkan secara optimal. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pendidikan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. 

  Anak usia dini adalah anak yang berada pada fase praoperasional, yang berpikir secara simbolis yang dihadirkan dalam berbagai bentuk fantasi, cara berpikir tersebut merupakan awal untuk menumbuhkembangkan kreativitas anak. Fantasi atau imajinasi yang berkembang pada masa pra-operasional terlihat dari berbagai untuk aktivitas anak, seperti pada waktu bermain, berbicara, maupun melakukan suatu kegiatan lain.

  Kreativitas anak di TK dapat ditampilakn dalam berbagai bentuk baik dalam membuat gambar yang disukainya maupun dalam bercerita atau dalam bermain peran. salah satu kendala dalam mengembangkan kreativitas adalah sikap orang tua dan guru yang kurang memberi kesempatan perekembangan kreativitas anak secara operasional. 

 Dalam upaya membantu anak mewujudkan kreativitas anak perluh dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka. tugas pendidik atau orang tua adalah menciptakan kondisi yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak, serta menyediakan sarana dan prasarana yang mendukungnya. 

 Namun itu saja tidak cukup. Disamping perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrisik pada anak. Motivasi yang berasal dari diri anak sendiri. Minat anak untuk melakukan sesuatu harus bertumbuh dari dalam dirinya sendiri. 

 Keberhasilan kreativitas terletak dalam aspek irisan (insersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, serta motivasi intrinsik yang disebut sebagai motivasi batin. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tumbuh dari dalam diri anak, berbeda dengan motivasi ekstrinsik yang ditimbulkan dari luar, yaitu lingkungan. 

Pengembangan kreativitas pada anak usia dini ini adalah bagian penting dalam pendidikan anak. Berikan kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dengan berbagai kjenis seni, seperti melukis, mewarnai, membuat kerajinan, dan membangun model. Aktivitas seni dapat membantu anak mengembangkan keterampilan motorik halus, kreativitas visual, dan eksperesi diri. 

Penting untuk diingat bahwa pengembangan kreativitas adalah proses yang unik untuk konsep setiap anak, dan bahwa mereka memiliki kebutuhan, minat, dan gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu, orang tua dan pengasuh untuk mengakui dan mendukung kekhasan anak dalam pengembangan kreativitas anak.

Untuk mewujudkan bakat kreatif anak diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan, yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif dan lain-lainnya. Dan dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri untuk menghasilkan sesuatu. 

Untuk mengembangkan krativitas anak, ia perlu diberi kesempatan untul bersibuk diri secara kratif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini yang penting adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksperikan dirinya secara kreatif. 

Dunia anak merupakan dunia kreativitas, dimana anak membutuhkan ruang gerak, berpikir dan emosional yang terbimbing dan cukup memadai. Kemampuan otak atau berpikir merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap munculnya kreativitas seseorang, kemampuan berpikir yang dapat mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir secara divergen, yaitu kemampuan untuk memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu masalah. 


Referensi: 

https://core.ac.uk/download/pdf/228983994.pdf

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132104302/pengabdian/KREATIVITAS+ANAK+USIA+DINI.pdf

Minggu, 17 Maret 2024

Pengembangan Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Usia Dini

 Pengembangan Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Usia Dini 




A. Pengertian Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Usia Dini 

 Pendidikan agama kristen bagi anak usia dini adalah pendidikan agama kristen bagi anak-anak pada usia 0 hingga 8 tahun. Hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan agama kristen ini adalah masa perkembangan meeka. Perkembangan pada anakk usia dini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif. sosial emosional dan bahasa. Masa ini merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Pada masa ini anak sudah memiliki keterampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. 

 Usia anak pada masa ini merupakan fase fundamental yang akan menentukan kehidupannya di masa datang. Untuk itu, kita harus memahami perkembangan anak usia dini khususnya perkembangan fisik dan motorik. Secara fisik-motorik, anak usia dini mengembangkan unsur gerak tubuh dengan gerak motorik kasar (0-3 tahun). Pada usia 4-6 tahun, perkembangan motorik kasar dan halus dipelajari oleh seorang anak.

 Secara kognitif, mereka berada pada fase perkembangan fase sensorimotor dan fase praoperasional. fase sensorimotor anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan kativitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut.

 Masa usia dini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh. Hal itu di tandai dengan budi pekerti, karakter kreatif, dan terampil, sehingga seluruh potensi anak usia dini dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang di tunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. 

 Dalam pengembangan anak usia dini ini sangat penting bagi orang tua sebagai pendidik kepada pengajaran-pengajaran firman Tuhan, supaya di dalamnya lebih bertumbuh dan berkembang dalam iman. Anak-anak adalah anugerah dan warisan Allah kepada orang tuanya (mazmur 127:3). Mereka merupakan generasi penerus dari sebuah Negara, kualitas sumber daya manusia di masa mendatang di tentukan pada maasa pertumbuhan dan perkembangan sejak usia dini. 

 Masa usia dini sangat menentukan dari pembentukan diri anak menuju kematangan iman dan kepribadian. Konsep dasar mengenai nilai-nilai kekristenan harus di tenamkan kepada anak sedini mungkin. Jadi seharusnya anak-anak/usia dini juga perlu di biasakan untuk mengalami dan mengerti nilai-nilai iman.  Seperti hal ini dapat di lakukan dengan cara mengajar anak-anak berdoa, bernyanyi, dan menuntunnya agar mereka mampu menyadari panggilannya sebagai anak-anak Allah melalui kesaksian hidup yang sesuai dengan injil. 

 1. Mengenalkan Tuhan Kepada Anak Sejak Dini

    Bagaimana cara seorang guru mengenalkan adanya Tuhan untuk anak didiknya terutama anak usia dini? pasti kalau tidak ada konsep anda akan kebingungan untuk menjawabnya, namun tidak boleh berbohong jika ingin mengenalkan Tuhan kepada mereka, sedikit berbohong kepada anak didik terutama anak usia dini maka akan mereka ingat sampai mereka dewasa karena ingatan mereka  di usia itu sangat kuat.

 Di usia-usia ini anak ingin tahunya sangat besar, mereka akan sering bertanya kepada orang tua atau gurunya, nah supaya guru mampu menjawab pertanyaan anak maka guru harus mempunyai banyak pengetahuan yang mana bisa sebagai bekal pengetahuan untuk anak-anak didiknya, cara mengenalkan TUhan terutama bagi umat Kristen kepada anak usia dini ada beberapa cara yaitu: 

  a. Harus jujur

  Untuk mengenalkan adanya Tuhan kepada anak maka orang tua atau pengajar harus jujur, mengapa demikian? Karena apabila orang tua atau guru mengenalkan anak tentang Tuhan dengan berbohong maka dia akan mengingatnya sampai dewasa dan itu akan berdampak buruk bagi pengetahuan anak tentang Tuhan waktu dia dewasa oleh karena itu orang tua harus membenarkannya.  

Anak-anak memiliki peran yang penting dalam gereja kristen. Keberadaan mereka tidak bisa diabaikan. Tuhan Yesus, kepala gereja mengundang mereka, "Biar kanak-kanak datang kepada-Ku". Pada saat itu, apa yang dikatan Tuhan Yesus itu merupakan jawaban bagi masyarakat Yahudi yang menganggap bahwa anak-anak tidak memiliki peran penting dalam kehidupan rumah ibadat dan peribadatan, bahkan dalam kehidupan sosial. pernyataan Yesus itu mengandung implikasi yang penting bagi gereja pada saat ini untuk mengadakan pendidikan agama kristen bagi anak-anak. 

Ada beberapa tujuan penting dalam mengajarkan pendidikan agama kristen bagi anak usia dini adalah: 

  1. Supaya mereka mengenal Allah sebagai pencipta seluruh alam ini dan Yesus kristus sebagai penebus, pemimpin dan penolong mereka.
  2. Supaya mereka mengerti kedudukan san panggilan mereka selaku anggota gereja dan turut bekerja bagi pembangunan gereja (pembangunan bukan dalam fisik semata).
  3. Supaya mereka mengasihi sesamanya, seperti Tuhan mengasihi mereka.
  4. Supaya mereka insyaf akan dosanya dan selalu memohon pengampunan dan pembaharuan dari Tuhan
  5. Supaya mereka suka belajar terus mengenal Alkitab.

Referensi:
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7394/2/PROS_Wisnu%20Sapto%20N%2C%20Sri%20Aryanti%20K_Pendidikan%20Agama%20Kristen_fulltext.pdf

 

 

Selasa, 05 Maret 2024

Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini


Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini




A. Pengertian kemandirian Anak 

  Dengan menanamkan kemandirian akan menghindarkan anak dari sifat ketergantungan pada orang lain, dan yang terpenting dalam menumbuhkan keberanian anak dilakukan dengan memberikan motivasi pada anak untuk terus mengetahui pengetahuan-pengetahuan baru  melalui pengawasan orang tua.
 
 Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya. kemandirian anak-anak terlihat ketika anak menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil berbagai keputusan; dari memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih teman bermain, sampai memutuskan hal-hal yang relatif lebih rumit, dan menyertakan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang lebih serius. 

 Tumbuhnya kemandirian pada anak-anak bersamaan dengan munculnya rasa takut (kekhawatiran) dalam berbagai bentuk dan intensitasinya yang berbeda-beda. Rasa takut dalam hal yang wajar dapat berfungsi sebagai "emosi perlindungan" (protective emotion) bagi anak-anak, yang memungkinkannya mengetahui kapan waktunya meminta perlindungan kepada orang dewasa atau orang tuanya.

 Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain, biasanya pada orang tuanya. Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain, kemana-mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki kemandirian, yang berani memutuskan pilihannya sendiri, tingkat kepercayaan dirinya lebih tampak, serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya. 

 Adapun upaya mengembangkan kemandirian pada anak dengan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas yaitu, sebagai berikut:

 1. Anak-anak didorong agar melakukan didorang agar mau melakukan sendiri kegiatan sehari-hari 
    yang ia jalani, seperti mandi sendiri, gosok gigi,  makan sendiri, bersisir, dan berpakaian segera
    setelah mereka mampu melakukan sendiri.
2. Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan sendiri, seperti memilih baju yang akan 
    dipakai.
3. Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan untuk bermain sendiri tanpa ditemani 
    sehingga terlatih untuk mengembangkan ide dan berpikir untuk dirinya. Anak agar tidak terjadi
    kecelakaan maka atur ruangan tempat sehingga tidak ada barang yang membahayakan.
4. Biarkan anak mengerjakan segala sesutau sendiri walaupun sering membuat kesalahan.
5.Ketika bermain bersama bermainlah sesuai keinginan anak. Akan tetapi, apabila anak tergantung
   pada kita maka beri doroangan untuk berinisiatif dan dukung keputusannya.
6. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya.
7. Melatih anak untuk mensosialisasi diri sehingga anak belajar mengahapi problem sosial yang 
    lebih kompleks. Apabila anak ragu-ragu atau takut cobalah menemaninya terlebih dahulu 
    sehingga anak tidak terpaksa.
8. Anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk mengurus rumah tangga, seperti menyiram 
    tanaman, membersihkan meja, dan menyapu ruangan.
9. ketika anak mulai memahami konsep waktu dorong mereka untuk mengatur jadwal pribadinya, 
    Seperti kapan akan belajar, dan bermain. Orang tua bisa mendampingi dengan menanyakan 
    alasan-alasan pengaturan waktunya.
10. Anak-anak juga perlu diberi tanggung jawab dan konsekuensinya jika tidak memenuhi tanggung 
      jawab. Hal ini akan membantu anak mengembangkan rasa keberartian sekaligus disiplin.
11. Kesehatan dan kekuatan biasanya berkaitan juga dengan kemandirian sehingga perlu memberikan
      menu yang sehat pada anak dan ajak anak untuk berolahraga atau melakukan aktivitas fisik.

  Kemandirian sangat dipenagaruhi oleh kepercayaan diri. Dalam riset terbaru mengenai perkembangan
kepercayaan diri dan kepercayaan antara anak dengan orang tua ditemukan bahwa anak merasa aman maka anak akan mempelajari keterampilan baru, dan berhubungan dengan orang lain, serta memiliki kepercayaan lebih bahwa mereka cukup kompeten untuk menghadapi lingkungan yang baru.

 Pujian (praise) dapat memberikan pemebelajaran yang telah diberikan, pertumbuhan, dan perilaku yang bermanfaat bagi anak ketika memasuki dunia dan berinteraksi dengan anak-anak, serta orang dewasa lainnya. Hasil riset menunjukkan bahwa anak-anak yang diberikan pujian dengan benar, ia semakin terdorong untuk belajar lebih, dan dapat menikmati kerja sama yang terjalin antara dirinya dengan orang tuanya.

 Anak yang biasa diberikan pujian dengan benar dan dapat lebih menerima masukan dari orang tuanya. Pujian hanya diberikan jika anak telah melakukan pekerjaan dengan baik. Tujuan pujian, bukanlah untuk membuat anak senang, melainkan untuk menekankan bahwa pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik. Dengan pujian, anak akan tahu ia telah melakukan sesuatu dengan benar dan baik. Kasih sayang dan cinta merupakan unsur penting menjadi orang tua. Rasa dicintai dan disayangi membuat anak merasa aman dan ingin menyenangkan orang tuanya.

https://rsjlawang.com/news/detail/331/kemandirian-anak-usia-dini

Kamis, 29 Februari 2024

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Dini

 

                                             

       A. Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini

         Dalam sejarah perekmbangan anak usia dini, batasan tentang masa anak ditemukan cukup bervariasi. Istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Anak dilahirkan dengan potensi atau bakat dan bawaan sendiri yang antara satu dengan lainnya relatif berbeda potensinya. Pendidikan merupakan bekal dan fondasi untuk membuat anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik. Tanpa pendidikan anak tidak akan mendapatkan bekal bagi hidupnya setelah dewasa nanti. Agar anak memperoleh apa yang dibutuhkannya setelah dewasa maka sekolah dan keluarga haruslah bermitra dan bekerja sama  karena sekolah dan keluarga merupakan mitra harmonis yang mampu menjadikan anak menjadi pribadi yang religius dan sebagai sarana penegak moral.

 Pendidikan yang diberikan sejak usia dini harus berlangsung secara alamih dengan memerhatikan berbagai aspek antara lain aspek kematangan (maturation) dan memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakansegenap pancaindranya saat menerima pendidikan. Pendidikan semacam inilah yang disebut dengan pendidikan pembelajaran yang terbaik untuk anak. Sebab bagaimanapun juga dalam setiap gerak-geriknya anak haruslah menggunakan panca indranya, dan pengalaman-pengalaman sensorial yang dialami anak usia dini merupakan dasar semua pembelajaran. Kegiatan bermain akan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan diri dan bereksplorasi. Situasi dan kondisi ini akan membentuk pengalaman yang sangat berarti bagi perkembangan diri anak dan sekaligus sebagai pijakan dasar dalam bekerja.

  Anak berada dan hidup di dalam lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang membentuk dan memberi warna kertas putih. Warna atau isi ini sebagai pengalama. Melalui pengalaman yang dimiliki anaksaat berada di lingkungannya bersama dengan pengaruh lingkungan pada saat itu menentukan pola pikir dan sifat alami atau karakter anak.

  Pendidikan naturalistik membiarkan anak tumbuh tanpa intervensi dengan cara tidak membandingkan anak satu dengan anak lain memberikan kebebasan anak untuk mengeskplorasikan tanpa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain, siapkan lingkungan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak agar anak dapat berkembang maksimal dan beri kesempatan kepada anak untuk berkembang sendiri.Orang dewasa cukup mendukung dan memfasilitasiupaya anak untuk berkembang.

 Guru juga perlu mengajarkan kepada anak tentang pengembangan aspek sosial sehingga anak dapat  beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pendidikan sosial akan berkembang jika pendidikan dimulai dimulai dengan pendidikan keluarga yang baik. peran utama pendidikan sangat ditekankan pada ibu yang dapat memberikan sendi-sendi dalam pendidikan jasmani, budi pekerti dan agama. 

  Anak perlu belajar dari kehidupan sehingga memperoleh keterampilan sebagai bekal kehidupan. Pembelajaran di kelas melibatkan kegiatan fisik, penggunaan benda-benda sebagai alat yang dapat manipulasi anak secara konkret sehingga dapat mengembangkan kemampuan intelektual. interaksi antaranak juga diperlukan sehingga anak dapat belajar dari lingkungan sosialnya. 

 Perekmbangan diri anak adalah perekmbangan kesadaran. Anak perlu banyak berhubungan dengan lingkungannya dan mengeksplorasi lingkungan untuk memperoleh suatu pemahaman. Pembelajaran perlu dilakukan dengan menggunakan media yang berkaitan dengan lingkungannya.

 Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa sangat formatif dan merupakan masa yang paling penting baik fisik maupun mental. Bayi yang masih kecil perlu dikenalkan pada orang-oran dan suara-suara, diajak bermain dan bercakap-cakap agar anak dapat berkembang menjadi anak normal yang bahagia. Bayi memiliki pikiran yang aktif. Artinya, bayi bukanlah makhluk pasif yang hanya menunggu instruksi dari orang.

 Dalam tahun-tahun awal kehidupan, seorang anak mempunyai masa peka (sensitive periods). Masa peka dapat digambarkan sebagai satu situasi atau waktu siap berkembangnya pembawaan atau potensi yang dimiliki anak. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang tepat pada waktunya. Masa peka setiap anak tidak sama, namun jika masa peka telah muncul dalam diri seorang anak, orang tua, guru, atau orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pengasuhannya wajib untuk menyediakan alat-alat latihan. Alat-alat ini akan menunjang stimulasi terhadap potensi yang sedang muncul pada anak.

 Sebagaimana orang dewasa, tahun-tahun sekarang ditandai dengan meningkatkanya minat terhadap pendidikan untuk umur di bawah enam tahun. Khususnya sudah tumbuh pengakuan bahwa masa anak-anak awal merupakan fase perkembangan  yang mempunyai karakteristik dan ciri-ciri tersendiri, dan bukan hanya semata-mata penantian untuk memasuki perioede anak-anak, remaja, dan dewasa, namun merupakan fase kritis pertumbuhan dalam aspek perkembangan intelektual, perhatian, konsentrasi kewaspadaan, pertumbuhan kognitif, dan perkembangan sosial. Masa anak usia dini memiliki ciri-ciri dengan serangkaian perkembangan yang mengikutinya. Anak berbeda dengan orang dewasa dan ciri-ciri dalam masa perkembangannya juga sangat berbeda dengan orang dewasa. Ada beberapa ciri anak usia dini sebagai berikut: 

     1. Bersifat Egosentris Naif

  Anak dikatakan memiliki sifat egosentris naif karena anak selalu memandang dunia luar dari perspektif pandangannya sendiri, sesuai dengan penegetahuan dan pemahamannya sendiri, serta dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Tidak dapat dipungkiri oleh akalnya yang masih sangat sederhana sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain.

 Anak belum memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan dirinya ke dalam kehidupan atau pikiran orang lain. ia sangat terikat pada dirinya sendiri dan menganggap bahwa pribadinya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya. 

 Dengan kata lain anak belum mampu memisahkan dirinya dengan lingkungannya. Dalam proses perkembangannya setiap anak memiliki sikap egosentris yang naif ini dan bersifat sementara (temporer). Inti dari sikap ini adalah anak belum dapat memahami bahwa suatu peristiwa tertentu bagi orang lain memiliki makna yang berbeda dengan penegrtian yang dimiliki anak.

  2. Relasi Sosial yang Primitf

   Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang anif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan sosial sekitarnya. Dengan kata lain anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain diluar dirinya. Anak pada masa ini hanya memiliki mnat terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan fantasinya. Ini bermakna bahwa anak membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri serta menafikan keinginan dan dunia orang lain. 

 Dapat dikatakan bahwa relasi sosial anak dengan lingkungannya masih sangat longgar yang disebabkan anak belum dapat menghayati kedudukan diri sendiri dalam lingkungannya. Anak benar-benar menyadari dan mengerti adanya orang lain dan benda lain diluar dirinya yang sifatnya berbeda dengan dia. Anak berkeyakinan bahwa orang lain mengahayati dan merasakan suatu peristiwa sama halnya dengan pengahayatannya sendiri.

 Anak masih menggangao bahwa orang lain sama dengan dirinya. Pada masa inilah anak perlu dibimbing dan dididik bagaimana memahami kondisi orang lain yang berbeda jauh dengan kondisi dirinya, sehingga anak mau dan mampu berbagi dengan orang. 

  3. Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Nyaris Tidak Terpisahkan 

   Pada anak usia dini kondisi jasmani dan rohani nyaris tidak terpisahkan karena nyatanya anak memang belum mampu memisahkan keduanya. Isi jasmani dan rohani anak usi dini masih merupakan satu kesatuan yang utuh. Pemahaman dan penghayatan anak terhadap sesuatu yang diekspresikan atau dikeluarkan secara bebas dan spontan, serta jujur baik dalam mimik, tingkah laku, maupun bahasanya.

 Anak tidak dapat berbohong atau berperilaku berpura-pura, namun mengekspresikan segala sesuatu yang dirasakannya secara terbuka. Anak belum dapat menunjukkan ketidaksenangannya hanya denga menangis atau mengungkapnya hanya dengan kata-kata. 

  4. Sikap Hidup yang Fisiognomis

    Anak usia dini masih bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkret, nyata terhadap apa yang dipahami dan dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih sifat menyatuh (totalitera) antara jasmani dan rohani.

 Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak pada usia dini tidak jarang melakukan percakapan dengan binatang atau benda mati lainnya misalnya boneka.


 https://www.google.com/searchq=jurnal+pertumbuhan+dan+perkembangan+anak+usia+dr.+rifda+el+fiah%2C+m.pd&sca_esv=9407a31d1b022749&sca_upv=1&sxsrf=ACQVn09fDrx3DZ7A99Imp_WstSj9ipbqjA%3A1709598105709&ei=mWXmZcn8KryfnesPmiYSA&oq=jurnal+pertumbuhan+dan+perkembangan+anak+usia&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiLWp1cm5hbCBwZXJ0dW1idWhhbiBkYW4gcGVya2VtYmFuZ2FuIGFuYWsgdXNpYSoCCAAyBxAjGLADGCcyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsANI8B1QAFgAcAF4AZABAJgBAKABAKoBALgBAcgBAJgCAaACDZgDAIgGAZAGCZIHATGgBwA&sclient=gws-wiz-serp#ip=1

Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini dalam Agama Kristen

    1. Peran Keluarga Kristen Terhadap Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini    Peran penting keluarga kristen dalm membentuk karakter a...