A. Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam sejarah perekmbangan anak usia dini, batasan tentang masa anak ditemukan cukup bervariasi. Istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Anak dilahirkan dengan potensi atau bakat dan bawaan sendiri yang antara satu dengan lainnya relatif berbeda potensinya. Pendidikan merupakan bekal dan fondasi untuk membuat anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik. Tanpa pendidikan anak tidak akan mendapatkan bekal bagi hidupnya setelah dewasa nanti. Agar anak memperoleh apa yang dibutuhkannya setelah dewasa maka sekolah dan keluarga haruslah bermitra dan bekerja sama karena sekolah dan keluarga merupakan mitra harmonis yang mampu menjadikan anak menjadi pribadi yang religius dan sebagai sarana penegak moral.
Pendidikan yang diberikan sejak usia dini harus berlangsung secara alamih dengan memerhatikan berbagai aspek antara lain aspek kematangan (maturation) dan memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakansegenap pancaindranya saat menerima pendidikan. Pendidikan semacam inilah yang disebut dengan pendidikan pembelajaran yang terbaik untuk anak. Sebab bagaimanapun juga dalam setiap gerak-geriknya anak haruslah menggunakan panca indranya, dan pengalaman-pengalaman sensorial yang dialami anak usia dini merupakan dasar semua pembelajaran. Kegiatan bermain akan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan diri dan bereksplorasi. Situasi dan kondisi ini akan membentuk pengalaman yang sangat berarti bagi perkembangan diri anak dan sekaligus sebagai pijakan dasar dalam bekerja.
Anak berada dan hidup di dalam lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang membentuk dan memberi warna kertas putih. Warna atau isi ini sebagai pengalama. Melalui pengalaman yang dimiliki anaksaat berada di lingkungannya bersama dengan pengaruh lingkungan pada saat itu menentukan pola pikir dan sifat alami atau karakter anak.
Pendidikan naturalistik membiarkan anak tumbuh tanpa intervensi dengan cara tidak membandingkan anak satu dengan anak lain memberikan kebebasan anak untuk mengeskplorasikan tanpa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain, siapkan lingkungan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak agar anak dapat berkembang maksimal dan beri kesempatan kepada anak untuk berkembang sendiri.Orang dewasa cukup mendukung dan memfasilitasiupaya anak untuk berkembang.
Guru juga perlu mengajarkan kepada anak tentang pengembangan aspek sosial sehingga anak dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pendidikan sosial akan berkembang jika pendidikan dimulai dimulai dengan pendidikan keluarga yang baik. peran utama pendidikan sangat ditekankan pada ibu yang dapat memberikan sendi-sendi dalam pendidikan jasmani, budi pekerti dan agama.
Anak perlu belajar dari kehidupan sehingga memperoleh keterampilan sebagai bekal kehidupan. Pembelajaran di kelas melibatkan kegiatan fisik, penggunaan benda-benda sebagai alat yang dapat manipulasi anak secara konkret sehingga dapat mengembangkan kemampuan intelektual. interaksi antaranak juga diperlukan sehingga anak dapat belajar dari lingkungan sosialnya.
Perekmbangan diri anak adalah perekmbangan kesadaran. Anak perlu banyak berhubungan dengan lingkungannya dan mengeksplorasi lingkungan untuk memperoleh suatu pemahaman. Pembelajaran perlu dilakukan dengan menggunakan media yang berkaitan dengan lingkungannya.
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa sangat formatif dan merupakan masa yang paling penting baik fisik maupun mental. Bayi yang masih kecil perlu dikenalkan pada orang-oran dan suara-suara, diajak bermain dan bercakap-cakap agar anak dapat berkembang menjadi anak normal yang bahagia. Bayi memiliki pikiran yang aktif. Artinya, bayi bukanlah makhluk pasif yang hanya menunggu instruksi dari orang.
Dalam tahun-tahun awal kehidupan, seorang anak mempunyai masa peka (sensitive periods). Masa peka dapat digambarkan sebagai satu situasi atau waktu siap berkembangnya pembawaan atau potensi yang dimiliki anak. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang tepat pada waktunya. Masa peka setiap anak tidak sama, namun jika masa peka telah muncul dalam diri seorang anak, orang tua, guru, atau orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pengasuhannya wajib untuk menyediakan alat-alat latihan. Alat-alat ini akan menunjang stimulasi terhadap potensi yang sedang muncul pada anak.
Sebagaimana orang dewasa, tahun-tahun sekarang ditandai dengan meningkatkanya minat terhadap pendidikan untuk umur di bawah enam tahun. Khususnya sudah tumbuh pengakuan bahwa masa anak-anak awal merupakan fase perkembangan yang mempunyai karakteristik dan ciri-ciri tersendiri, dan bukan hanya semata-mata penantian untuk memasuki perioede anak-anak, remaja, dan dewasa, namun merupakan fase kritis pertumbuhan dalam aspek perkembangan intelektual, perhatian, konsentrasi kewaspadaan, pertumbuhan kognitif, dan perkembangan sosial. Masa anak usia dini memiliki ciri-ciri dengan serangkaian perkembangan yang mengikutinya. Anak berbeda dengan orang dewasa dan ciri-ciri dalam masa perkembangannya juga sangat berbeda dengan orang dewasa. Ada beberapa ciri anak usia dini sebagai berikut:
1. Bersifat Egosentris Naif
Anak dikatakan memiliki sifat egosentris naif karena anak selalu memandang dunia luar dari perspektif pandangannya sendiri, sesuai dengan penegetahuan dan pemahamannya sendiri, serta dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Tidak dapat dipungkiri oleh akalnya yang masih sangat sederhana sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain.
Anak belum memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan dirinya ke dalam kehidupan atau pikiran orang lain. ia sangat terikat pada dirinya sendiri dan menganggap bahwa pribadinya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya.
Dengan kata lain anak belum mampu memisahkan dirinya dengan lingkungannya. Dalam proses perkembangannya setiap anak memiliki sikap egosentris yang naif ini dan bersifat sementara (temporer). Inti dari sikap ini adalah anak belum dapat memahami bahwa suatu peristiwa tertentu bagi orang lain memiliki makna yang berbeda dengan penegrtian yang dimiliki anak.
2. Relasi Sosial yang Primitf
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang anif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan sosial sekitarnya. Dengan kata lain anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain diluar dirinya. Anak pada masa ini hanya memiliki mnat terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan fantasinya. Ini bermakna bahwa anak membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri serta menafikan keinginan dan dunia orang lain.
Dapat dikatakan bahwa relasi sosial anak dengan lingkungannya masih sangat longgar yang disebabkan anak belum dapat menghayati kedudukan diri sendiri dalam lingkungannya. Anak benar-benar menyadari dan mengerti adanya orang lain dan benda lain diluar dirinya yang sifatnya berbeda dengan dia. Anak berkeyakinan bahwa orang lain mengahayati dan merasakan suatu peristiwa sama halnya dengan pengahayatannya sendiri.
Anak masih menggangao bahwa orang lain sama dengan dirinya. Pada masa inilah anak perlu dibimbing dan dididik bagaimana memahami kondisi orang lain yang berbeda jauh dengan kondisi dirinya, sehingga anak mau dan mampu berbagi dengan orang.
3. Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Nyaris Tidak Terpisahkan
Pada anak usia dini kondisi jasmani dan rohani nyaris tidak terpisahkan karena nyatanya anak memang belum mampu memisahkan keduanya. Isi jasmani dan rohani anak usi dini masih merupakan satu kesatuan yang utuh. Pemahaman dan penghayatan anak terhadap sesuatu yang diekspresikan atau dikeluarkan secara bebas dan spontan, serta jujur baik dalam mimik, tingkah laku, maupun bahasanya.
Anak tidak dapat berbohong atau berperilaku berpura-pura, namun mengekspresikan segala sesuatu yang dirasakannya secara terbuka. Anak belum dapat menunjukkan ketidaksenangannya hanya denga menangis atau mengungkapnya hanya dengan kata-kata.
4. Sikap Hidup yang Fisiognomis
Anak usia dini masih bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkret, nyata terhadap apa yang dipahami dan dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih sifat menyatuh (totalitera) antara jasmani dan rohani.
Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak pada usia dini tidak jarang melakukan percakapan dengan binatang atau benda mati lainnya misalnya boneka.
https://www.google.com/searchq=jurnal+pertumbuhan+dan+perkembangan+anak+usia+dr.+rifda+el+fiah%2C+m.pd&sca_esv=9407a31d1b022749&sca_upv=1&sxsrf=ACQVn09fDrx3DZ7A99Imp_WstSj9ipbqjA%3A1709598105709&ei=mWXmZcn8KryfnesPmiYSA&oq=jurnal+pertumbuhan+dan+perkembangan+anak+usia&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiLWp1cm5hbCBwZXJ0dW1idWhhbiBkYW4gcGVya2VtYmFuZ2FuIGFuYWsgdXNpYSoCCAAyBxAjGLADGCcyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsAMyChAAGEcY1gQYsANI8B1QAFgAcAF4AZABAJgBAKABAKoBALgBAcgBAJgCAaACDZgDAIgGAZAGCZIHATGgBwA&sclient=gws-wiz-serp#ip=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar