Rabu, 27 Maret 2024

Konsep Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini

 Konsep Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini



      A. Penegrtian Kreativitas 

   Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam penelitian psikologi mas kini dan sering digunakan dengan bebas di kalangan orang awam.  Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang tersebut akan memengaruhi arti kreativitas. Arti kreativitas dimaknai sebagai kemampuan seseorang atau individu dalam menciptakan atau menghasilkan kreasi baru, menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu sesuatu agar lebih mudah, efisien, dan efektif. Kreativitas juga bisa dimaknai sebagai upaya mengembangkan cara lama atau penemuan lama yang sudah dianggap lama atau ketinggalan zaman dan tidak efektif lagi.

 Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif yang dapat dikembangkan sejak usia dini. Bakat kreatif yang tidak dikembangkan sejak dini maka bakat tersebut tidak dikembangkan secara optimal. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pendidikan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. 

  Anak usia dini adalah anak yang berada pada fase praoperasional, yang berpikir secara simbolis yang dihadirkan dalam berbagai bentuk fantasi, cara berpikir tersebut merupakan awal untuk menumbuhkembangkan kreativitas anak. Fantasi atau imajinasi yang berkembang pada masa pra-operasional terlihat dari berbagai untuk aktivitas anak, seperti pada waktu bermain, berbicara, maupun melakukan suatu kegiatan lain.

  Kreativitas anak di TK dapat ditampilakn dalam berbagai bentuk baik dalam membuat gambar yang disukainya maupun dalam bercerita atau dalam bermain peran. salah satu kendala dalam mengembangkan kreativitas adalah sikap orang tua dan guru yang kurang memberi kesempatan perekembangan kreativitas anak secara operasional. 

 Dalam upaya membantu anak mewujudkan kreativitas anak perluh dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka. tugas pendidik atau orang tua adalah menciptakan kondisi yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak, serta menyediakan sarana dan prasarana yang mendukungnya. 

 Namun itu saja tidak cukup. Disamping perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrisik pada anak. Motivasi yang berasal dari diri anak sendiri. Minat anak untuk melakukan sesuatu harus bertumbuh dari dalam dirinya sendiri. 

 Keberhasilan kreativitas terletak dalam aspek irisan (insersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, serta motivasi intrinsik yang disebut sebagai motivasi batin. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tumbuh dari dalam diri anak, berbeda dengan motivasi ekstrinsik yang ditimbulkan dari luar, yaitu lingkungan. 

Pengembangan kreativitas pada anak usia dini ini adalah bagian penting dalam pendidikan anak. Berikan kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dengan berbagai kjenis seni, seperti melukis, mewarnai, membuat kerajinan, dan membangun model. Aktivitas seni dapat membantu anak mengembangkan keterampilan motorik halus, kreativitas visual, dan eksperesi diri. 

Penting untuk diingat bahwa pengembangan kreativitas adalah proses yang unik untuk konsep setiap anak, dan bahwa mereka memiliki kebutuhan, minat, dan gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu, orang tua dan pengasuh untuk mengakui dan mendukung kekhasan anak dalam pengembangan kreativitas anak.

Untuk mewujudkan bakat kreatif anak diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan, yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif dan lain-lainnya. Dan dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri untuk menghasilkan sesuatu. 

Untuk mengembangkan krativitas anak, ia perlu diberi kesempatan untul bersibuk diri secara kratif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini yang penting adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksperikan dirinya secara kreatif. 

Dunia anak merupakan dunia kreativitas, dimana anak membutuhkan ruang gerak, berpikir dan emosional yang terbimbing dan cukup memadai. Kemampuan otak atau berpikir merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap munculnya kreativitas seseorang, kemampuan berpikir yang dapat mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir secara divergen, yaitu kemampuan untuk memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu masalah. 


Referensi: 

https://core.ac.uk/download/pdf/228983994.pdf

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132104302/pengabdian/KREATIVITAS+ANAK+USIA+DINI.pdf

Minggu, 17 Maret 2024

Pengembangan Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Usia Dini

 Pengembangan Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Usia Dini 




A. Pengertian Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Usia Dini 

 Pendidikan agama kristen bagi anak usia dini adalah pendidikan agama kristen bagi anak-anak pada usia 0 hingga 8 tahun. Hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan agama kristen ini adalah masa perkembangan meeka. Perkembangan pada anakk usia dini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif. sosial emosional dan bahasa. Masa ini merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Pada masa ini anak sudah memiliki keterampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. 

 Usia anak pada masa ini merupakan fase fundamental yang akan menentukan kehidupannya di masa datang. Untuk itu, kita harus memahami perkembangan anak usia dini khususnya perkembangan fisik dan motorik. Secara fisik-motorik, anak usia dini mengembangkan unsur gerak tubuh dengan gerak motorik kasar (0-3 tahun). Pada usia 4-6 tahun, perkembangan motorik kasar dan halus dipelajari oleh seorang anak.

 Secara kognitif, mereka berada pada fase perkembangan fase sensorimotor dan fase praoperasional. fase sensorimotor anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan kativitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut.

 Masa usia dini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh. Hal itu di tandai dengan budi pekerti, karakter kreatif, dan terampil, sehingga seluruh potensi anak usia dini dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang di tunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. 

 Dalam pengembangan anak usia dini ini sangat penting bagi orang tua sebagai pendidik kepada pengajaran-pengajaran firman Tuhan, supaya di dalamnya lebih bertumbuh dan berkembang dalam iman. Anak-anak adalah anugerah dan warisan Allah kepada orang tuanya (mazmur 127:3). Mereka merupakan generasi penerus dari sebuah Negara, kualitas sumber daya manusia di masa mendatang di tentukan pada maasa pertumbuhan dan perkembangan sejak usia dini. 

 Masa usia dini sangat menentukan dari pembentukan diri anak menuju kematangan iman dan kepribadian. Konsep dasar mengenai nilai-nilai kekristenan harus di tenamkan kepada anak sedini mungkin. Jadi seharusnya anak-anak/usia dini juga perlu di biasakan untuk mengalami dan mengerti nilai-nilai iman.  Seperti hal ini dapat di lakukan dengan cara mengajar anak-anak berdoa, bernyanyi, dan menuntunnya agar mereka mampu menyadari panggilannya sebagai anak-anak Allah melalui kesaksian hidup yang sesuai dengan injil. 

 1. Mengenalkan Tuhan Kepada Anak Sejak Dini

    Bagaimana cara seorang guru mengenalkan adanya Tuhan untuk anak didiknya terutama anak usia dini? pasti kalau tidak ada konsep anda akan kebingungan untuk menjawabnya, namun tidak boleh berbohong jika ingin mengenalkan Tuhan kepada mereka, sedikit berbohong kepada anak didik terutama anak usia dini maka akan mereka ingat sampai mereka dewasa karena ingatan mereka  di usia itu sangat kuat.

 Di usia-usia ini anak ingin tahunya sangat besar, mereka akan sering bertanya kepada orang tua atau gurunya, nah supaya guru mampu menjawab pertanyaan anak maka guru harus mempunyai banyak pengetahuan yang mana bisa sebagai bekal pengetahuan untuk anak-anak didiknya, cara mengenalkan TUhan terutama bagi umat Kristen kepada anak usia dini ada beberapa cara yaitu: 

  a. Harus jujur

  Untuk mengenalkan adanya Tuhan kepada anak maka orang tua atau pengajar harus jujur, mengapa demikian? Karena apabila orang tua atau guru mengenalkan anak tentang Tuhan dengan berbohong maka dia akan mengingatnya sampai dewasa dan itu akan berdampak buruk bagi pengetahuan anak tentang Tuhan waktu dia dewasa oleh karena itu orang tua harus membenarkannya.  

Anak-anak memiliki peran yang penting dalam gereja kristen. Keberadaan mereka tidak bisa diabaikan. Tuhan Yesus, kepala gereja mengundang mereka, "Biar kanak-kanak datang kepada-Ku". Pada saat itu, apa yang dikatan Tuhan Yesus itu merupakan jawaban bagi masyarakat Yahudi yang menganggap bahwa anak-anak tidak memiliki peran penting dalam kehidupan rumah ibadat dan peribadatan, bahkan dalam kehidupan sosial. pernyataan Yesus itu mengandung implikasi yang penting bagi gereja pada saat ini untuk mengadakan pendidikan agama kristen bagi anak-anak. 

Ada beberapa tujuan penting dalam mengajarkan pendidikan agama kristen bagi anak usia dini adalah: 

  1. Supaya mereka mengenal Allah sebagai pencipta seluruh alam ini dan Yesus kristus sebagai penebus, pemimpin dan penolong mereka.
  2. Supaya mereka mengerti kedudukan san panggilan mereka selaku anggota gereja dan turut bekerja bagi pembangunan gereja (pembangunan bukan dalam fisik semata).
  3. Supaya mereka mengasihi sesamanya, seperti Tuhan mengasihi mereka.
  4. Supaya mereka insyaf akan dosanya dan selalu memohon pengampunan dan pembaharuan dari Tuhan
  5. Supaya mereka suka belajar terus mengenal Alkitab.

Referensi:
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7394/2/PROS_Wisnu%20Sapto%20N%2C%20Sri%20Aryanti%20K_Pendidikan%20Agama%20Kristen_fulltext.pdf

 

 

Selasa, 05 Maret 2024

Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini


Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini




A. Pengertian kemandirian Anak 

  Dengan menanamkan kemandirian akan menghindarkan anak dari sifat ketergantungan pada orang lain, dan yang terpenting dalam menumbuhkan keberanian anak dilakukan dengan memberikan motivasi pada anak untuk terus mengetahui pengetahuan-pengetahuan baru  melalui pengawasan orang tua.
 
 Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya. kemandirian anak-anak terlihat ketika anak menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil berbagai keputusan; dari memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih teman bermain, sampai memutuskan hal-hal yang relatif lebih rumit, dan menyertakan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang lebih serius. 

 Tumbuhnya kemandirian pada anak-anak bersamaan dengan munculnya rasa takut (kekhawatiran) dalam berbagai bentuk dan intensitasinya yang berbeda-beda. Rasa takut dalam hal yang wajar dapat berfungsi sebagai "emosi perlindungan" (protective emotion) bagi anak-anak, yang memungkinkannya mengetahui kapan waktunya meminta perlindungan kepada orang dewasa atau orang tuanya.

 Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain, biasanya pada orang tuanya. Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain, kemana-mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki kemandirian, yang berani memutuskan pilihannya sendiri, tingkat kepercayaan dirinya lebih tampak, serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya. 

 Adapun upaya mengembangkan kemandirian pada anak dengan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas yaitu, sebagai berikut:

 1. Anak-anak didorong agar melakukan didorang agar mau melakukan sendiri kegiatan sehari-hari 
    yang ia jalani, seperti mandi sendiri, gosok gigi,  makan sendiri, bersisir, dan berpakaian segera
    setelah mereka mampu melakukan sendiri.
2. Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan sendiri, seperti memilih baju yang akan 
    dipakai.
3. Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan untuk bermain sendiri tanpa ditemani 
    sehingga terlatih untuk mengembangkan ide dan berpikir untuk dirinya. Anak agar tidak terjadi
    kecelakaan maka atur ruangan tempat sehingga tidak ada barang yang membahayakan.
4. Biarkan anak mengerjakan segala sesutau sendiri walaupun sering membuat kesalahan.
5.Ketika bermain bersama bermainlah sesuai keinginan anak. Akan tetapi, apabila anak tergantung
   pada kita maka beri doroangan untuk berinisiatif dan dukung keputusannya.
6. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya.
7. Melatih anak untuk mensosialisasi diri sehingga anak belajar mengahapi problem sosial yang 
    lebih kompleks. Apabila anak ragu-ragu atau takut cobalah menemaninya terlebih dahulu 
    sehingga anak tidak terpaksa.
8. Anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk mengurus rumah tangga, seperti menyiram 
    tanaman, membersihkan meja, dan menyapu ruangan.
9. ketika anak mulai memahami konsep waktu dorong mereka untuk mengatur jadwal pribadinya, 
    Seperti kapan akan belajar, dan bermain. Orang tua bisa mendampingi dengan menanyakan 
    alasan-alasan pengaturan waktunya.
10. Anak-anak juga perlu diberi tanggung jawab dan konsekuensinya jika tidak memenuhi tanggung 
      jawab. Hal ini akan membantu anak mengembangkan rasa keberartian sekaligus disiplin.
11. Kesehatan dan kekuatan biasanya berkaitan juga dengan kemandirian sehingga perlu memberikan
      menu yang sehat pada anak dan ajak anak untuk berolahraga atau melakukan aktivitas fisik.

  Kemandirian sangat dipenagaruhi oleh kepercayaan diri. Dalam riset terbaru mengenai perkembangan
kepercayaan diri dan kepercayaan antara anak dengan orang tua ditemukan bahwa anak merasa aman maka anak akan mempelajari keterampilan baru, dan berhubungan dengan orang lain, serta memiliki kepercayaan lebih bahwa mereka cukup kompeten untuk menghadapi lingkungan yang baru.

 Pujian (praise) dapat memberikan pemebelajaran yang telah diberikan, pertumbuhan, dan perilaku yang bermanfaat bagi anak ketika memasuki dunia dan berinteraksi dengan anak-anak, serta orang dewasa lainnya. Hasil riset menunjukkan bahwa anak-anak yang diberikan pujian dengan benar, ia semakin terdorong untuk belajar lebih, dan dapat menikmati kerja sama yang terjalin antara dirinya dengan orang tuanya.

 Anak yang biasa diberikan pujian dengan benar dan dapat lebih menerima masukan dari orang tuanya. Pujian hanya diberikan jika anak telah melakukan pekerjaan dengan baik. Tujuan pujian, bukanlah untuk membuat anak senang, melainkan untuk menekankan bahwa pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik. Dengan pujian, anak akan tahu ia telah melakukan sesuatu dengan benar dan baik. Kasih sayang dan cinta merupakan unsur penting menjadi orang tua. Rasa dicintai dan disayangi membuat anak merasa aman dan ingin menyenangkan orang tuanya.

https://rsjlawang.com/news/detail/331/kemandirian-anak-usia-dini

Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini dalam Agama Kristen

    1. Peran Keluarga Kristen Terhadap Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini    Peran penting keluarga kristen dalm membentuk karakter a...